Thursday, July 18, 2013

Detik-Detik Menuju Bulan

 

 Detik-Detik Menuju Bulan



I believe this nation should commit itself to achieving the goal, before this decade is out, of landing a man on the Moon and returning him safely to the Earth”. 

Demikian pidato Presiden Kennedy di depan sidang kongres pada 25 Mei 1961 yang menggerakkan semangat para ahli, ilmuwan, anggota kongres maupun warga Amerika untuk mendukung program besar tersebut. Mimpi ini berangkat dari kekalahan Amerika dalam persaingan teknologi luar angkasa oleh Rusia yang telah terlebih dahulu meluncurkan satelit pertama di dunia, Sputnik 1 pada 4 Oktober 1957, disusul dengan penerbangan luar angkasa berawak pertama di dunia oleh Yuri Gagarin menggunakan wahana antariksa Vostok 1 pada 12 April 1961. 

Sebenarnya tak lama setelah penerbangan Gagarin, Amerika sudah meluncurkan Program Mercury dengan menerbangkan Mercury-Redstone yang diawaki oleh Lt-Cdr Alan B. Shepard pada tanggal 5 Mei 1961 yang mengangkasa hingga ketinggian suborbital.  Akan tetapi, hal ini masih dianggap belum memuaskan ambisi Amerika. Akhirnya Presiden Kennedy mencetuskan ide untuk mendaratkan manusia di Bulan pada tiga minggu kemudian. 

            Dengan sebuah semangat menggelora, penelitian, pengembangan, uji coba, dan segala upaya untuk penerbangan ke Bulan diupayakan oleh para ahli NASA. Setelah meluncurkan Mercury-Redstone, NASA kembali meluncurkan pesawat ruang angkasa berawak yang diberi nama Mercury-Atlas 6 (Friendship 7) pada tanggal 20 Februari 1962 dengan awak John H. Glenn. Penerbangan itu berhasil mengitari Bumi sebanyak tiga kali.  Lagi-lagi, keberhasilan itu masih dianggap sebagai kekalahan dari Uni Soviet, karena Soviet sudah meluncurkan Vostok 2 dengan awak Gherman Titov yang berhasil mengorbit Bumi sebanyak 17,5 kali pada 6 Agustus 1961.

Namun NASA tetap melanjutkan Program Mercury ini dan mampu membuat langkah maju dalam bidang penerbangan ruang angkasa. Mercury-Atlas 7(Aurora 7) hasil pengembangan NASA yang diawaki oleh Lt-Cdr M. Scott Carpenter pada 24 Mei 1962 mampu mengitari Bumi tiga kali. Pencapaian ini disusul penerbangan enam kali mengorbit bumi oleh Lt-Cdr Walter M. Schirra dengan Mercury-Atlas 8 (Sigma 7) pada 3 Oktober 1962. Tanggal 15 Mei 1963 NASA meluncurkan wahana Mercury-Atlas 9 (Faith 7) dan berhasil mengorbit Bumi sebanyak 22 kali.  

Dalam sejarah penerbangan luar angkasa Amerika, Program Mercury yang dimulai pada tahun 1958  ini merupakan Stage 1 dari pengembangan wahana pengiriman manusia ke bulan.  Program ini bertujuan meluncurkan wahana dengan satu awak ke luar angkasa. Stage 2 sebagai kelanjutan Mercury diprogramkan untuk mengembangkan wahana yang lebih maju dengan awak sebanyak dua orang.

Dengan dua modul wahana, program yang bernama Gemini ini memiliki berat hampir dua kali lipat berat Mercury. Modul pertama di sisi belakang berupa adaptor yang berisi sistem propulsi yang akan mendorong wahana ke luar angkasa, dan memungkinkan awak untuk bermanuver di luar angkasa, sedangkan modul kedua di sisi depan berisikan kompartemen untuk awak pesawat dan sistem parasut untuk pendaratan. Modul kompartemen berupa kapsul ini akan memisahkan diri dari adaptor sesaat sebelum wahana memasuki atmosfir Bumi. NASA menambah beberapa alat kendali di kapsul untuk mengontrol wahana saat memasuki atmosfir Bumi.

Program Gemini berhasil menerbangkan sepuluh misi ke luar angkasa dalam rentang waktu 20 bulan. Keberhasilan besar program ini adalah meningkatnya pengetahuan NASA sebagai hasil dari proses pembelajaran untuk melaksanakan Extra Vehicular Activity (EVA), rendezvous manoeuvres, docking ke wahana lain di orbit, dan penelitian ilmiah dalam skala terbatas. Major Frank Borman dan Lt-Cdr James A. Lovell menjadi manusia terlama yang mengorbit Bumi selama 14 hari dengan wahana Gemini 7 pada 4 sampai 18 Desember 1965. Penerbangan ini berhasil mendemonstrasikan bahwa awak yang terlatih dapat bertahan pada zero gravity tanpa menjadi jatuh sakit dalam periode yang cukup lama.

Roket peluncur
Belum adanya roket dengan tenaga yang cukup untuk mendorong wahana ke orbit bulan menjadi permasalahan terbesar dalam Program Gemini. Seorang ahli senjata balistik Jerman yang pernah mengembangkan roket A-4 dan roket di Peenemunde saat perang dunia kedua bernama Wernher von Brown pindah ke Amerika dan akhirnya berhasil merancang roket Saturn yang digunakan untuk program pendaratan manusia ke Bulan.

Keluarga roket Saturn dimulai dengan lahirnya Saturn I yang berhasil diluncurkan pada 27 Oktober 1961. Tenaga roket yang dihasilkan juga mengalami peningkatan signifikan, yaitu 1,3–1,5 juta pounds thrust pada Saturn I menjadi 7,5 juta pounds thrust pada Saturn V. Gaya dorong sebesar itu dihasilkan di Stage 1. Pada Stage 2, roket Saturn V menghasilkan  thrust sebesar 1 juta pounds, dan di Stage 3 mampu memberikan thrust sebesar 225.000 pounds.

Pada 9 November 1967, roket Saturn3 dan modul Apollo seberat 20.408 kg diluncurkan untuk pertama kalinya. Saat fase ignition dimulai, terasa guncangan hebat di permukaan tanah di sekitar tempat peluncuran. Di lokasi liputan pers yang berjarak 5 km dan  atap booth milik Columbia Broadcasting System runtuh. Bahkan menurut beberapa orang suara itu sebanding dengan suara letusan Gunung Krakatau di Selat Sunda pada tahun 1883. Gelombang tekanan udara yang ditimbulkan oleh roket Saturn terdeteksi oleh alat yang terpasang di Lamont-Doherty Geological Observatory, New York yang berjarak 1.770 km. 

Pada uji coba hari itu, roket Stage 1 berhasil mendorong wahana sampai ketinggian 185 km, dilanjutkan dorongan dari Stage 2 yang berhasil menambah ketinggian hingga 17.210 km, dan diakhiri dorongan Stage 3 yang berhasil menambah ketinggian mencapai 18.072 km. Dengan masih adanya mesin di wahana, yang masih bisa memberikan akselerasi ke wahana saat entry atmosfir Bulan, maka NASA berkesimpulan bahwa roket akan mampu mencapai bulan. Untuk pengembangan di Saturn V, NASA menambahkan alat untuk meredam suara yang timbul saat fase ignition.

Detik detik bersejarah
Setelah melalui perjalanan panjang, akhirnya Program Apollo siap diluncurkan. Deadline yang diberikan oleh Kennedy membuat tegang seluruh masyarakat Amerika, terutama para ilmuwan NASA. Ketegangan semakin bertambah karena sehari sebelumnya Soviet meluncurkan Luna 15, sebuah wahana antariksa tanpa awak dengan misi mendarat di bulan, mengambil sampel tanah dari Bulan, dan kembali ke Bumi sebelum Apollo kembali menuju Bumi.

Berbagai pertanyaan timbul di benak masyarakat, apakah para astronot pulang kembali ke Bumi, seperti apakah wajah permukaan Bulan yang begitu cantik bersinar di malam hari, bagaimana rasanya mengalami gravitasi seperenam dari gravitasi Bumi, dan masih banyak pertanyaan lainnya. Tepat tanggal 15 Juli 1969, Neil Armstrong, Edwin Buzz Aldrin, dan Michael Collins, para astronot yang akan melakukan perjalanan menuju Bulan memberikan pesan kepada dunia yang menunggu peristiwa paling bersejarah itu. “Message to the waiting world, we have no fear“. Kata-kata yang mencerminkan keberanian dan keyakinan.

Saat yang begitu ditunggu tiba. Lebih dari satu juta orang menyaksikan peristiwa itu di dekat Kennedy Space Centre. Lebih dari dua ribu wartawan dari berbagai media di seluruh dunia meliput momen terbesar abad itu, dan menyiarkannya secara langsung ke berbagai stasiun TV serta radio. Diperkirakan lebih dari satu miliar orang menyaksikan peristiwa itu secara langsung melalui siaran televisi, maupun mendengarkan liputannya melalui siaran radio. 

Dari sisi tribun pers yang berjarak 5 km dari tempat peluncuran, tampak sebuah monster raksasa setinggi 363 kaki berdiri tegak menjulang di bawah sinar matahari musim panas tahun itu. Waktu semakin mendekati pukul 14.32, waktu yang ditentukan untuk peluncuran Apollo 11. Ketegangan tampak semakin memuncak. Tepat 30 detik sebelum waktu peluncuran, tampak uap besar yang berasal dari propelan oksigen cair di bawah roket Saturn V. Uap itu membumbung ke cakrawala, sehingga para penonton yang berjarak 5 km dari tempat peluncuran bisa melihatnya dengan jelas.

Beberapa detik kemudian, pengeras suara memperdengarkan perhitungan mundur waktu peluncuran “...12...11...10...9... ignition sequence start... “. Sedetik kemudian tampak sebuah bola besar berwarna merah jingga menyala di bawah roket Saturn V.  “...6... 5...4...”,  perhitungan mundur berlanjut. Gumpalan awan besar dari sisi bawah roket semakin bergulung-gulung dan membesar, tampak di tengah awan tersebut sebuah bola api merah jingga raksasa yang tumbuh semakin membesar.

All engines running...3...2...1...0...We have lift-off.  Wehave lift-off, thirty two minutes past two. Lift-off Apollo 11... tower cleared.” Demikian bunyi pengeras suara, menandakan Apollo 11 sudah meninggalkan tanah. Orang-orang yang menyaksikan peristiwa itu larut dalam ketegangan dan rasa gembira yang demikian besar. Setelah beberapa saat suasana sunyi, tiba-tiba meledaklah suara semua orang demi melihat keberhasilan peluncuran misi luar biasa itu.

Di dalam Apollo 11, Neil Armstrong duduk di kiri, Aldrin di tengah, dan Collins duduk di kanan. Beberapa menit kemudian, Armstrong berkata “shutdown” saat roket stage ketiga habis bahan bakarnya.  Apollo 11 pada saat itu sudah berada di ketinggian orbit bumi dan bermanuver mengitari bumi sebagaimana yang sudah direncanakan. Dua orbit kemudian, roket Stage 2 S-IVB menyala lagi dan meluncurkan Apollo 11 menuju daerah translunar.   Collins sudah berpindah ke kursi tengah dan mengemudikan Command and Service Module, selanjutnya mengeluarkan Lunar Module yang dinamakan Eagle. Sesaat kemudian, kamera TV keluar, dan  menransimisikan gambar pemandangan Bumi dilihat dari luar angkasa. 

            Di tribun bawah, ratusan kilometer di bawah Apollo 11 yang membawa para astronot menuju bulan, para istri dari ketiga astronot berdiri di depan backdrop bermotif garis dan bintang sebagai simbol bendera Amerika. Mereka dengan senang melayani awak media yang terus memberondong dengan banyak pertanyaan. “Ya, tentu saja kami merasa bangga, takut sekaligus senang,” ujar para istri ini.

            Empat hari setelah peluncuran, 20 Juli 1961, waktu itu hari Minggu,  Armstrong melihat bahwa Apollo 11 mulai berada di sisi jauh bulan. Armstrong mendapat keyakinan bahwa Apollo 11 yang merupakan kombinasi antara Columbia dan Eagle berada di orbit yang benar. Tidak berselang lama, dua astronot mulai mempersiapkan fase pendaratan. Semua proses pendaratan ini direkam oleh komputer di pusat kontrol di Houston.

Namun saat Lunar Module Eagle memulai fase powered descent initiation terjadi masalah komunikasi antara awak Apollo 11 dan pusat kontrol. Waktu terus berjalan, fase powered descent masih berlangsung, dan bahan bakar terus menipis. Dengan sisa bahan bakar tinggal 30 detik lagi, Eagle masih mengudara dengan mode autopilot dalam proses pendaratan di Bulan. Saat Eagle semakin rendah, deru mesin Eagle menerbangkan debu-debu dan batu-batu bulan serta membentuk cekungan seperti kawah.

Melihat situasi seperti itu, Armstrong melihat adanya bahaya yang mengancam jika mereka mendarat di cekungan kawah yang tidak rata, maka Armstrong mengambil alih kemudi secara manual, kemudian membawa Eagle ke area yang lebih rata dibandingkan area berbatu di sekitar kawah yang dibentuk oleh deru mesin Eagle saat masih dalam mode autopilot. Dalam detik-detik akhir dari sisa bahan bakar, berbekal pengalaman, keberanian, kecepatan dan ketepatan untuk mengambil keputusan dalam suasana kritis, “Sang Elang” akhirnya berhasil mendarat di Bulan.

            Selanjutnya, Armstrong, dengan suara yang begitu dramatis, memecah kesunyian dengan kata-kata laporan resmi dalam pembukaan komunikasi dari bulan ke Bumi. “Houston, Tranquility Base here. The Eagle has landed” ucap Armstrong. Charlie Duke, salah satu kru di darat begitu gugup mendapatkan laporan dari Armstrong. “Rog...roger Twan...Tranquility. We copy you on the ground. You’ve got a bunch of guys about to turn blue. We’re breathing again. Thank’s a lot,” kata Duke dengan nada seakan masih tidak percaya bahwa dia mendengar suara langsung dari bulan sehingga sempat salah ucap. 

            Menurut rencana, dua astronot ini diprogramkan untuk tidur dahulu sebelum keluar modul untuk melaksanakan misi di permukaan bulan, tetapi mereka sudah tak sabar untuk menjejakkan kaki di daratan bulan. Dua orang yang sedang mengalami kegembiraan luar biasa ini segera mengenakan perlengkapan khusus mereka untuk menginjakkan kaki ke Bulan. Sementara itu, rekan mereka Mike Collins harus tinggal di orbit Bulan di dalam Command and Service Module.

Akhirnya pintu Eagle membuka dan tidak berselang lama, Armstrong mulai keluar dari modul. Dia melangkahkan kaki menuju tangga Eagle untuk turun ke permukaan bulan.  Sesampainya di tangga bagian bawah, Armstrong menyalakan kamera TV, dan jutaan pesawat TV di Bumi, mulai menampilkan gambar, yang masih dalam posisi terbalik. Kamera yang dibawa Armstrong memang belum berada pada posisi yang seharusnya.

Setelah Armstrong menjejakkan kaki di Bulan, dia mengatakan kalimat yang begitu dikenal dalam sejarah, dan tercatat dengan baik  dalam sejarah penerbangan luar angkasa, “sebuah langkah kecil bagi seseorang, namun sebuah lompatan besar untuk umat manusia.” Selanjutnya, Aldrin mengambil bendera Amerika, dan mengibarkan bendera itu di Bulan, sebagai simbol kemenangan Amerika dalam perlombaan menuju Bulan.

Setelah momen heroik tersebut, Aldrin diabadikan dalam berbagai foto dengan latar belakang permukaan Bulan dengan angkasa gelap di belakangnya, dengan Armstrong sebagai juru fotonya. Dari sekian banyak foto yang diambil di bulan, sebagian besar adalah foto yang dibintangi oleh Aldrin, sedangkan Armstrong hanya memiliki satu foto yang diambil oleh Aldrin, itupun saat Armstrong berada di bawah bayang-bayang Eagle.  Momen ini terjadi saat Aldrin megambil foto panorama 360° di Bulan. 

Telepon dari presiden
Saat berada di bulan dan melaksanakan eksplorasi, Armstrong dan Aldrin juga menerima panggilan telepon dari Bumi yang dilakukan oleh Presiden Nixon. Saat tersambung, mereka mendengar dengan jelas suara Nixon yang mengatakan “Hello, Neil and Buzz, I am talking to you from the Oval Office at the White House and this has got to be the most famous telephone call ever made...” Dan memang benar, sambungan telepon hari itu merupakan sambungan telepon yang sangat bersejarah dan begitu dikenang oleh umat manusia.

Hal yang mengkhawatirkan selanjutnya adalah sebuah pertanyaan besar yang belum terjawab. Bisakah mesin kecil di ascent stage Eagle berhasil menyala dan membawa Armstrong serta Aldrin bergabung ke Collins yang menunggu di orbit? Jika mesin itu gagal dihidupkan, waktu yang tersisa untuk perbaikan sangatlah sedikit.

Tombol start ditekan, terdengar deru suara mesin ascent stage, dan setelah proses penyalaan yang tidak memakan waktu lama, Armstrong dan Aldrin sangat lega karena mesin Eagle berhasil menyala sempurna. Kemudian, diiringi dengan sedikit suara berderak, mesin Eagle berhasil mengangkat badan modul tersebut dan sesaat kemudian melesat dengan cepat menuju angkasa, meninggalkan permukaan Bulan di Tranquility Base. Beberapa saat kemudian, Eagle tiba di orbit bulan, dan mengorbit. Berkat pelatihan yang sangat memadai,  Eagle membuat rendesvous yang sempurna dan berhasil docking ke Columbia.

Stasiun TV menyiarkan proses pendaratan Apollo 11, termasuk proses recovery-nya yang ternyata memakan waktu jauh lebih lama dari yang diperkirakan orang. Pada saat kapsul penyelamat membuka, para astronot ini langsung dipasangi pakaian khusus untuk mengisolasi mereka dan melindungi tim penyelamat dari kemungkinan kontaminasi bahan-bahan berbahaya dari luar angkasa, dan selanjutnya diangkat ke dalam helikopter. Saat para astronot turun dari helikopter mereka langsung menuju kontainer isolasi untuk sterilisasi.   Sebuah proses standar NASA saat menyambut awak wahana luar angkasa yang kembali ke Bumi. 

Setelah menjalani proses sterilisasi, ketiga astronot yang sedang menjadi idola jutaan orang itu diijinkan keluar ruangan isolasi. Saat sudah bisa keluar ruangan Presiden Nixon langsung menyambut mereka dan berkata, “Saya ingin kalian mengetahui bahwa saya merupakan manusia paling mujur di dunia. Bukan hanya karena saya menjadi Presiden Amerika Serikat, namun juga karena saya berkesempaan untuk berbicara langsung dengan kalian. Ini merupakan minggu terbaik sejak Bumi dan seisinya diciptakan. Kalian membuat manusia di dunia ini semakin dekat dan kami berterima kasih untuk itu.”

Ya, dunia memang selayaknya berterima kasih kepada ketiga astronot luar biasa ini, yang sudah menorehkan sejarah baru dalam penjelajahan manusia ke luar angkasa, dan mencatatkan nama mereka sebagai manusia pertama yang mendarat di Bulan, serta memberikan kontribusi besar bagi ilmu pengetahuan. Dari langkah kecil seorang manusia,  memberikan lompatan besar bagi umat manusia.  

sumber:http://www.angkasa.co.id

Diterbitkan Oleh : aanFurqaan aan

Christian angkouw Anda sedang membaca artikel tentang Detik-Detik Menuju Bulan. Oleh Admin, Anda diperbolehkan mengcopy paste atau menyebar-luaskan artikel ini, namun jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di ukang-blogger
Share On:
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

1. Komentar SPAM Akan secepatnya dihapus
2. Pastikan untuk " Berlangganan Lewat Email " untuk membangun kreatifitas blog ini
3. Cek komentar masuk sebelum bertanya.
4. Link aktiv tidak akan berpungsi.

Sekian dan terimakasih